Monday, June 25, 2012

TAK AKAN LUPUT DARI PETA DAN KOMPAS JIKA ANDA BERADA DI SUATU TEMPAT
  1. Teknik Peta KompasOrientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta : a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok;
    b) Letakkan peta pada bidang datar;
    c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
    d) Cari tanda-tanda medan yang
    paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
    e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan
    yang khas dari setiap tanda medan.
    2. Azimuth dan Back Azimuth
    Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu :
    a) Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran;
    b) Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran;
    c) Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.
    back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat
    atau 360 derajat.
    3. Resection
    Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik.
    Langkah-langkah resection :
    a) Lakukan orientasi peta;
    b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah;
    c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu;
    d) Bidik dengan kompas tanda-tanda
    medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth;
    e) pindahkan sudut bidikan yang didapat
    ke peta, dan hitung sudut pelurusnya;
    f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
    posisi kita di peta
    4. Intersection
    Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection : a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek
    yang kita amati; c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta; d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut
    di peta, lakukan langkah b dan c; e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
    obyek yang dimaksud.
    5. Koreksi sudut
    Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya
    tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat,
    selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari
    kompas(azimuth)yaitu :
    A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)
    B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)
    Keterangan:
    Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)
    = dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat
    tanda (+)
    Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)
    =tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.
    Contoh Perhitungan:
    Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit
    ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?
    P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase
    besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit
    = 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit)
    sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)
    = 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.
    6. Analisa Perjalanan
    Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui,
    dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.
    a. Jarak
    Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang
    sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan)
    lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk
    memperoleh jarak sebenarnya.
    b. Waktu
    Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang
    diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi
    pedoman dalam menempuh perjalanan.
    c. Medan Tidak Sesuai Peta
    Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai
    kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang
    sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.
    Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti,
    lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada
    peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat
    dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah
    (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta
    1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.

Navigasi Darat

Pendahuluan
Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat di gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba orienteering. Navigasi darat adalah suatu cara seseorang untuk menentukan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.
Peta
Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi(pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. Peta sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya.Untuk keperluan navigasi darat umumnya digunakan peta topografi.
Peta Topografi

Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian tertentu, namun disertakan pula berbagai keterangan pula yang akan membantu untuk mengetahui secara l jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan terseb keterangan-keterangan itu disebut legenda peta.
Legenda peta antara lain berisi tentang :

versi Indonesianya

a. Judul Peta
Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula

b. Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor regisrtasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.

c. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua, yaitu :
1. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.
2. Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur.
Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8 angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS).

d. Kontur
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu lembah/jurang.



e. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam cara penulisan skala, yaitu :
1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.
2. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal.
Legenda Peta
Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut, yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya,
VEGETASI LEGEND


sungai, pemukiman, ladang, sawah, hutan dan lainnya.

LINE LEGEND


BANGUNAN BUATAN MANUSIA


Di Indonesia, peta yang umumnya digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta dari Jawatan Topologi, atau yang sering disebut peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m).

Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
g. Tahun Peta
Peta toografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat.
h. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan arah huruf- huruf tulisan yang ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta.Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah utara yaitu :
1. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub utara bumi.

2. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.
3. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.

Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.
1. Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta.
2. Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis
3. Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi.
4. variasi Magnetis:perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.
Mengetahui Ketinggian Suatu Tempat
Kadangkala kita dihadapkan pada kondisi dimana kita harus dapat menentukan ketinggian suatu tempat,akan tetapi kita tidak mempunyai alat untuk menentukan ketinggian(altimeter), hal itu dapat diatasi dengan cara :
-Lihat terlebih dahulu interval peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin kita ketahui,
memang ada rumusan umum interval kontur= 1/2000 skala peta. tetapim rumus ini tidak selalu benar, beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1:50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 1:25.000 dengan interval kontur tetap 25 meter.
ALTIMETER (ALAT PENGUKUR KETINGGIAN)

Pada suatu kondisi tertentu yang mendesak, misalnya SAR gunung hutan, sering kali peta diperbanyak dengan cara di foto kopi. Untuk itu, interval kontur peta tersebut harus tetap ditulis. Peta keluaran Bakosurtanal (1:50.000) membuat kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 meter, atau setiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS (skala 1:50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 meter. peta keluaran Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan ketebalan garis konturnya. Dengan demikian tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis kontur tebal.
Bila ketinggian kontur tidak dicantumkan, maka kita harus menghitung ketinggian suatu tempat dengan cara :
1. Cari 2 titik berdekatan yang harganya tercantum
2. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
3. Dengan mengetahui selisih ketinggian kedua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang didapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).
4. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada diatas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. bila kontur terletak dibagian bawah, harganya lebih kecil). Hitung harga kontuir terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari no 3. lakukan perhitungan diatas beberapa kali sampai yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda agar mudah mengingatnya.
Titik Triangulasi
Selain dari garis kontur, Kita dapat dapat mengetahui tinggi suatu tempat dengan bantuan titk ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya titik Triangulasi, yaitu suatu titikatau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakn tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat dalam pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Macam titik triangulasi :
- Primer : P.14/3120 Kuarter : Q.20/1350
- Sekunder : S.75/1750 Tersier : T.16/975

Mengenal Tanda Medan

Di samping tanda medan yang terdapat pada legenda. Peta topografi biasa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok dilapangan dan mudah dikenali di peta, yang kita sebut tanda medan. Beberapa tanda medan dapat anda “baca” dari peta sebelum anda berangkat ke lokasi, tetapi kemudian harus ada cari dilokasi, tanda-tanda medan itu antara lain :

- puncak gunung atau bukit, punggungan gunung, lembah antara dua puncak, dan bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok.

- lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing di tepi sungai.
- belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.
- bila berada di pantai, muara sungai akan menjadi tanda medan yang sangat jelas , begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta dan sebagainya
- di daerah daratan atau rawa-rawa biasanya sukar mendapatkan tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan. Permukaan kelokan-kelokan sungai, cabang-cabang sungai, muara sungai kecil.
- dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, delta dan sebagainya dapat dijadikan sebagai tanda medan.

Pengertian tanda medan ini mutlak untuk dikuasai. Akan selalu digunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta kompas.

Thursday, April 26, 2012

MANAJEMEN PENDAKIAN GUNUNG

Manajemen Pendakian

Mendaki Gunung sekarang adalah salah satu hobi unik yang banyak digemari banyak kalangan. Kegiatan mendaki gunung merupakan petualangan yang menantang, kadang pula merupakan kegiatan yang sangat ekstrim bagi sebagian kalangan. Orang akan mempunyai perasaan puas tersendiri bila sampai di puncak gunung dan melihat keindahan kawah gunung dari jarak dekat. Tetapi semua itu tidak akan mudah didapatkan tanpa persiapan dan perhitungan yang matang.
Sebelum Anda memulai sebuah pendakian ke sebuah gunung, ada baiknya Anda mengerti bagaimana mempersiapkan segalanya dalam sebuah manajemen pendakian. Manajemen pendakian ini adalah sebuah ilmu yang biasanya wajib dikuasai oleh orang-orang yang menyebut dirinya pendaki gunung. Sekilas terlihat sepele, akan tetapi jika diabaikan akan berakibat kacaunya sebuah pendakian. Manajemen pendakian mudah sekali dipelajari dan diaplikasikan sebelum mendaki.
Hal-hal yang biasanya harus diperhatikan antara lain:
  • Perlengkapan yang harus dibawa
  • Jumlah personel yang ada dalam sebuah team
  • Berapa lama waktu yang diperlukan dalam ekspedisi itu.
  • Bagaimana kondisi alam yang hendak dijelajahi.
  • Persiapan jika terjadi kondisi yang tidak terprediksi (diluar kondisi normal)

Tips manajemen pendakian

Pilih Barang yang Dapat Berfungsi Ganda

Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki gunung selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa. Contoh : Nesting (tempat memasak untuk tentara), bisa digunakan untuk memasak juga untuk tempat makan maupun menyimpan alat-alat mendaki. Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di ransel.

Matras

Sebisa mungkin matras disimpan di dalam ransel jika akan pergi ke lokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak pendaki gunung yang lebih senang mengikatkan matras di luar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.

 Kantung Plastik

Selalu siapkan kantung plastik/ trash bag di dalam ransel anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun gunung, baju basah dan lain sebagainya. Dapat juga berfungsi untuk lapisan anti air bagi ransel. Atau dapat juga dimanfaatkan sebagai jas hujan saat darurat.
Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang-barang di dalam ransel anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.

Menyimpan Pakaian

Jika anda meragukan ransel yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda di dalam kantung plastik, gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab.
Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih

Menyimpan Makanan

Sebaiknya makanan dikelompokkan sesuai ketahanan/ awetnya makanan disimpan. Untuk makanan yang tidak terlalu tahan lama, sebaiknya dibungkus dengan rapat atau di tempatkan memakai perlakuan khusus. Pilihlah makanan yang bervariasi tetapi mudah dan cepat dalam penyajian. Untuk makanan kaleng ada baiknya tidak terlalu banyak, karena selain berat kita juga harus membawa turun lagi kalengnya setelah dikonsumsi, karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan jika dibuang sembarangan.
Menyimpan Korek Api Batangan
Simpan korek api batangan anda di dalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.

Packing Barang / Menyusun Barang Di Ransel

Selalu simpan barang yang paling berat di posisi atas, gunanya agar pada saat ransel digunakan, beban terberat berada di pundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah saat pendakian gunung ataupun saat turun nantinya. Usahakan untuk selalu mengingat-ingat dimana barang bawaan anda di tempatkan di dalam ransel, karena ada kalanya kita akan mencari barang tersebut dengan penerangan yang tidak memadai, jadi akan lebih cepat jika anda mengetahui dengan pasti dimana letak barang yang anda cari tanpa melihatnya sekalipun. Akan lebih baik anda membawa hal-hal yang menunjang selama perjalanan dan jangan membawa barang yang tidak dibutuhkan selama anda mendaki, karena selain tidak akan berguna juga memberatkan bekal bawaan di perjalanan.

Obat- obatan

Ada kalanya penting juga untuk membawa obat-obatan P3K, atau obat-obat pribadi dalam kantung atau tempat yang mudah terjangkau, karena jika kita mengalami keadaan yang darurat obat itu mudah untuk ditemukan semua orang.

Minuman beralkohol

Sebaiknya tidak dibawa. Sering kali orang ditempat dingin membutuhkan minuman yang hangat, akan tetapi minuman beralkohol bukan pilihan yang tepat disana. Oleh karena minuman tersebut dapat memicu pecahnya kapiler darah karena terlalu cepatnya kapiler darah memuai dalam tubuh.

Manajemen Pendakian

Ada baiknya sebelum memulai pendakian, Anda mencari informasi jalur dan angkutan serta info-info penting lainnya pada para pendaki yang pernah berkunjung kesana, karena hal itu akan sangat berguna untuk persiapan pendakian berkaitan dengan bujet (dana), alat dan perlengkapan yang akan dibawa, transportasi apa yang memungkinkan dan paling cepat, berapa lama anda akan menginap, serta makanan apa saja yang akan anda siapkan, berapa banyak air yang harus dibawa, dll. Hal itu sangat penting mengingat kita akan jauh dari fasilitas yang bisa kita dapatkan di perkotaan, sehingga jika terjadi hal-hal yang di luar kendali kita, paling tidak kita ada persiapan sebelumnya.

Cahaya / Lampu
Benda ini sifatnya sangat vital, tetapi kadang kurang diperhatikan. Ada baiknya kita membawa cadangan sumber cahaya di gunung. Bisa memakai senter ataupun penerangan konvensional semacam lilin ataupun lampu minyak. Hal ini dapat dipilih berdasarkan murah dan gampangnya bahan bakarnya didapatkan. Hal lain yang musti menjadi perhatian adalah, jika mengunakan penerangan berupa api harus mewaspadai keamanan dan tempatnya karena akan jadi mimpi buruk jika kita tidak berhati-hati dalam menjaganya. Sediakan pula dop dan baterai cadangan dan simpan di tempat yang mudah dijangkau, sehingga jika dibutuhkan sewaktu-waktu dapat segera ditemukan. Ada baiknya baterai bekas di bawa turun lagi, agar tidak menyebabkan polusi.

Jas Hujan

Perlengkapan satu ini mutlak dibawa walaupun tidak musim hujan, karena perlengkapan ini mempunyai banyak fungsi di gunung. Selain dipakai saat hujan tiba, jas hujan dapat juga digunakan sebagai tenda darurat (bivoak), alas tidur darurat, atap darurat, selimut darurat, juga bisa dipakai sebagai unsur penting tandu darurat. Jadi jangan sepelekan perlengkapan yang satu ini.
Selamat Mendaki……
Sayangilah Hutan Kita……

Wednesday, April 25, 2012

Mount Sumbing

Gunung Sumbing adalah gunung  bertipe strato (kerucut) berketinggian 3360 mdpl berdasarkan peta bakosurtanal terbitan tahun 2000. Gunung yang berhadapan dengan Gunung Sundoro ini merupakan gunung tertinggi kedua di Provinsi Jawa Tengah. Terbagi dalam wilayah Kabupaten Wonosobo, Magelang, dan Tumanggung.

Pada artikel kali ini akan dibahas sedikit mengenai Gunung Sumbing dan jalur pendakiannya melalui Dusun Garung, Desa Butuh, Kecamatan Kalijajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.

Gambaran Umum
Gunung Sumbing adalah gunung bertipe strato (kerucut) berketinggian 3360 mdpl berdasarkan peta bakosurtanal terbitan tahun 2000. Gunung yang berhadapan dengan Gunung Sundoro ini merupakan gunung tertinggi kedua di Provinsi Jawa Tengah. Terbagi dalam wilayah Kabupaten Wonosobo, Magelang, dan Tumanggung.
Akses dari Kota Terakhir
Pendakian Gunung Sumbing melalui Dusun Garung dapat dicapai dari dua kota, yaitu Wonosobo dan Magelang. Dari Wonosobo bisa menggunakan bus menuju Magelang dan turun di pertigaan Dusun Garung yang ditandai dengan adanya sebuah gapura. Demikian juga jika dari Magelang, bisa menggunakan bus yang menuju Wonosobo dan turun di tempat yang sama. Kordinat gapura pertigaan Dusun Garung ini adalah 110o01?03’’E, 07o20’49’’S.
Di dekat pertigaan Dusun Garung ini terdapat sebuah pasar rakyat yang bernama Pasar Reco. Pasar beroperasi setiap pagi. Di pasar kecil ini pendaki bisa memenuhi kebutuhan logistik seperti beras, ikan, sayur, dan buah.
Perizinan
Perizinan dapat dilakukan di Base Camp Garung yang berjarak kurang lebih 500 m dari pertigaan Dusun Garung. Base camp ini dikelola oleh aparat desa setempat dan STICKPALA (organisasi pecinta alam karang taruna setempat). Biaya perizinan adalah Rp 3.500,00 per orang. Di base camp ini para pendaki bisa bermalam dan berisitirahat. Nomor telepon yang bisa dihubungi di base camp ini adalah 085868611446.
Jalur Pendakian Baru Dusun Garung
  • Base Camp  Pos 1
Base Camp Dusun Garung
Kordinat Base Camp Garung adalah 110o01?43’’E, 07o21’20’’S. Dari Base Camp menuju Pos 1 kita akan melewati perumahan penduduk dimana dari sini akan bisa kita lihat jalur pendakian lama yang berbeda satu punggungan dengan jalur baru yang kita bahas. Di perumahan penduduk ini kita akan menyusuri jalan berbatu sampai di sebuah jembatan pertemuan dua sungai (pertigaan sungai) dengan kordinat 110o02?08’’E, 07o21’20’’S di kawasan hutan bambu. Dari sini kita akan menyusuri punggungan yang diapit oleh kedua sungai tadi. Jalur mulai menanjak berupa jalan setapak dengan ladang-ladang sayur penduduk di sekitarnya. Batas ladang dan hutan yang berada pada kordinat 110o02?39’’E, 07o21’50’’S akan kita temui menjelang menyeberangi sungai di sebelah timur jalur. Sungai ini sepertinya kering di musim kemarau, tetapi menyimpan cukup air di cerukan-cerukannya di kala musim hujan. Beberapa meter dari sungai ini barulah kita temui Pos 1.
  • Pos 1  Pos 2

Pos 1 Jalur Baru Garung
Kordinat Pos 1 adalah 110o02?55’’E, 07o21’53’’S. Pos ini disebut juga Pos 1 Kedung. Di pos ini terdapat bangunan shelter yang kondisinya sudah terlihat rapuh tapi cukup digunakan oleh kurang lebih lima pendaki untuk bermalam. Jalur menuju Pos 2 masih tetap menanjak dengan hutan yang bisa dibilang cukup lebat. Di beberapa titik ditemui beberapa tempat datar yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda.
  • Pos 2 ? Pestan

Pos 2 Jalur Baru Garung
Kordinat Pos 2 adalah 110o03?18’’E, 07o22’12’’S. Pos ini dikenal juga dengan nama Pos 2 Gatakan. Di Pos 2 juga terdapat sebuah bangunan shelter dan beberapa tempat datar di sekitarnya. Jalur ini masih berupa hutan dan menanjak. Akan ditemui juga sebuah in memoriam seorang pendaki di jalur ini. Menjelang Pestan, pepohonan mulai jarang dan medan yang dilalui didominasi oleh padang rumput.
  • Pestan ? Watu Kotak

Pestan
Kordinat Pestan adalah 110o03?40’’E, 07o22’15’’S. Tempat ini merupakan tempat pertemuan jalur lama dan jalur baru dari Dusun Garung. Berupa tempat terbuka dengan padang rumput dan beberapa pohon kecil. Tempat ini rawan akan angin kencang dan badai. Walaupun demikian, tempat ini terdapat banyak tempat datar yang bisa digunakan pendaki untuk mendirikan tenda. Jalur menuju Watu Kotak akan melewati Pasar Watu. Kordinat wilayah Pasar Watu ini kurang lebih adalah 110o03?50’’E, 07o22’21’’S. Di Pasar Watu akan ditemui banyak batu berserakan serta tebing terjal di ujung jalur. Jalur menuju Watu Kotak adalah melipir di sebelah timur tebing terjal tersebut. Di beberapa dinding tebing terdapat cerukan seperti gua yang bisa digunakan untuk berlindung.
  • Watu Kotak – Puncak
Kordinat Watu Kotak adalah 110o04?03’’E, 07o22’32’’S. Watu Kotak adalah tempat dimana terdapat sebuah batu besar seperti kotak. Di tempat ini ada sedikit tempat datar untuk mendirikan tenda. Kurang lebih bisa digunakan oleh tim pendaki yang beranggotakan sampai belasan orang. Menjelang puncak jalur yang dilewati berupa batuan kapur, dikenal dengan nama Tanah Putih. Jalur licin dengan bebatuan yang mudah menggelinding. Selanjutnya puncak yang kita capai adalah Puncak Buntu dengan kordinat 110o04?20’’E, 07o22’45’’S dan ketinggian 3296 mdpl. Kordinat kawah adalah 110o04?27’’E, 07o22’45’’S yang bisa dicapai dengan melipir ke bawah. Sedangkan puncak sejati memiliki kordinat 110o04?16’’E, 07o23’01’’S dengan ketinggian 3360 mdpl di sebelah barat Puncak Buntu.
 topografi

Mount Sindoro

Gunung Sindoro (3.136 m.dpl) Adalah termasuk dalam jajaran gunung berapi yang mempunyai bentuk kerucut dengan tipe Strato. Dari kejauhan nampak seperti dua saudara kembar antara Sindoro dan Sumbing, berdiri kokoh di batas Kabupaten Temanggung sebelah barat dan sebelah timur kota Wonosobo. Gunung Sindoro mempunyai Koordinat/ Geografi pada 7° 18'LS dan 109° 59.5' BT, letusan terakhir terjadi pada tahun 1971. Gunung Sindoro telah mengalami eksploitasi yang mengkhawatirkan, bayangan orang tentang gunung yang hijau dan hutan rimba yang alami telah berubah, hanya ladang tembakau dan semak-semak saja yang terdapat di sepanjang perjalanan, hanya sebagian kecil perjalanan menuju puncak saja yang masih terlindungi oleh pohon-pohon besar.

Rute Pendakian
Gunung ini mudah dicapai dari segala jurusan, sebelah timur dari Magelang, sebelah barat dari Banjarnegara, arah utara dari Candiroto atau Melayu, sedangkan arah selatan dari Purworejo. Untuk mendaki gunung Sindoro terdapat dua jalur umum yang biasanya dipergunakan, yaitu; lewat Desa Kledung dan lewat Desa Sigedang (Tambi).
Rute Kledung
Perjalanan dimulai dari desa Kledung kecamatan Parakan, sebaiknya kita turun di ujung jalan desa paling tinggi di desa tersebut, kemudian kita menuju rumah kepala desa untuk mendapatkan informasi dan mempersiapkan segala perlengkapannya. Agar persiapan Anda matang, sebaiknya bermalamlah di desa tersebut. Persiapkan peralatan dan perlengkapan termasuk air bersih secukupnya. Pasalnya sepanjang perjalanan ke puncak gunung tidak terdapat sumber air.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak sekitar 8 jam dengan menempuh jarak 7 km. Untuk turun kembali hanya membutuhkan waktu 4 jam. Medan yang ditempuh tidaklah sulit, sehingga sangat baik bagi para pendaki pemula, biasanya pada hari libur banyak yang mendaki.

Pada awal perjalanan, Anda akan melewati kebun sayur yang sangat indah. Selanjutnya Anda akan menemui hutan pinus dan kebun Edelweis yang menawan. Selanjutnya kita akan tiba di Pos I Sibajing, dengan ketinggian 1.900 m.dpl.
Perjalanan diteruskan ke Pos II Cawang, sebelum sampai di pos II terdapat persimpangan, kita harus belok ke kanan, jangan mengambil jalan lurus karena buntu. Pendaki yang berjalan malam hari sering kesasar mengambil jalur lurus. Pos II berada pada ketinggian 2.120 mdpl.
Kita kemudian menuju ke Pos III Seroto yang berada pada ketinggian 2.530 m.dpl, di sini kita akan menyaksikan pemandangan yang sangat indah. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati kawasan hutan dan kawasan bebatuan. Setelah melewati padang Edelweis kita akan sampai di puncak.

Puncak Gunung Sindoro merupakan dataran seluas (400 x 300) meter, yang disebelah timurnya terdapat dua kawah kembar seluas (210 x 150) meter. Sedangkan di sebelah barat dan utara terdapat dataran Segoro Wedi dan Banjaran serta dua dataran yang belum bernama, yang merupakan sisa kawah utama.
Rute Sigedang
Jalur Sigedang merupakan jalur yang agak sulit karena jalanan sangat menanjak sehingga jarang yang melakukan pendakian lewat sini tetapi jalur ini banyak di gunakan sebagai jalur turun karena lebih cepat dan lebih dekat dengan Lembah Dieng. Untuk mencapai Sigedang, dari arah Wonosobo kita naik bus ke jurusan Dieng, turun di Rejosari atau Tambi, sekitar 15 Km.
Selanjutnya perjalanan diteruskan dengan jalan kaki atau naik Ojek menuju ke arah kampung Sigedang sekitar 4 Km. Kondisi Jalan menuju Sigedang sudah beraspal dan disekitar jalan kita bisa memandang hamparan tanaman teh. Awal pendakian kita mulai di sini. Berjalan melewati jalan berbatu menyusuri kebun-kebun teh selama 2 jam perjalanan akan sampai dibatas perkebunan teh dengan hutan (4 Km). Dari sini pendakian kita teruskan melalui jalanan yang cenderung menanjak selama 3 jam akan sampai di Watu Susu.

Watu Susu merupakan daerah yang mempunyai ciri adanya batu yang besar yang terdiri 2 buah. Menurut kepercayaan penduduk, batu ini merupakan buah dada dari Gunung Sindoro. Dari Watu Susu ke puncak dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam lagi. Perjalanan dari Sigedang menuju puncak Gunung Sindoro membutuhkan waktu sekitar 6-7 jam dan turunnya memakan waktu 4-5 jam perjalanan.

Tuesday, April 24, 2012

Mount Ciremai

Bagi para penikmat alam dan penyuka tantangan pendakian gunung, silahkan kunjungi Gunung Ciremai. Merupakan Gunung tinggi dengan ketinggian 3087 mdpl. Ketinggian Ciremai benar - benar di hitung dari permukaan laut karena Ciremai berada di dekat laut dan menuju ke kaki gunung kita sama sekali tak ada bonus selayaknya gunung di jawa yang lain.

Misalnya ke Merapi kita sudah memotong ketinggian sangat banyak dengan menumpang kendaraan sampai Basecamp yang letaknya hampir berada di tengah gunung. Jika Ciremai posisi Basecamp benar - benar di kaki gunung yang untuk menuju pos 1 kita harus melalui jalan mendatar yang lumayan jauh.Berikut jalur - jalur menuju Ciremai yang melegenda. Disertai dengan misterinya.


JALUR LINGGAJATI.


Desa Linggajati 14 km dari kota Kuningan atau 24 km dari kota Cirebon. Dari Jakarta dapat ditempuh menggunakan bus jurusan Kuningan atau kereta api jurusan Cirebon yang disambung dengan bus atau kendaraan umum jurusan Cirebon - Kuningan. Dari pertigaan Linggajati berjalan kaki sekitar 2,5 km menuju Musium Linggajati tempat bersejarah dimana Bung Karno pernah menandatangani perjanjian Linggarjati dengan Belanda. Terdapat pula Taman Linggajati Indah,

Taman seluas 11 hektar ini dilengkapi berbagai sarana rekreasi, antara lain kolam renang dan sumber mata air Cibulakan, Silinggonom, Balong Renteng, Rekreasi air dan kolam pancing, Tempat istirahat, Cottage, Villa, Hutan wisata, bumi perkemahan dll. Pos penjagaan berjarak lebih kurang 500 m dari Museum Linggajati, kita perlu mendaftarkan diri serta membayar asuransi per orang Rp.3.000,- . Siapkan bekal Anda terutama air karena susah sekali memperoleh air selama di perjalanan. Para pendaki dapat menggunakan jasa penduduk atau petugas penjaga pos untuk membimbing perjalanan mereka ke puncak.

Jalur menuju puncak sangat jelas dan banyak tanda - tanda penunjuk jalan, sehingga pendaki yang baru pertama kalipun tidak akan tersesat. Selepas dari Pos Pendaftaran dengan melintasi jalanan beraspal pendaki memasuki kawasan hutan Pinus dan persawahan hingga Cibeunar. Cibeunar merupakan area camp yang cukup kondusif buat bermalam.

Area ini sangat ramai dengan para pendaki yang ingin mengadakan start pendakian, karena terdapat sumber air yang cukup melimpah, yang tidak akan ditemui lagi sepanjang perjalanan sampai di puncak. Selepas Cibeunar lintasan akan melewati perkebunan penduduk hingga memasuki Leuweng Datar. Leuweng Datar terletak di tengah - tengah hutan tropis. Selepas daerah ini lintasan mulai menanjak dan melewati area yang cukup datar sebagai camp yakni Sigedang dan Kondang Amis .

Untuk sampai di Kuburan Kuda 

diperlukan waktu 2 jam. Kuburan Kuda merupakan tanah datar yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat perkemahan. Daerah ini dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Selepas Kuburan Kuda, pendaki akan melewati beberapa tempat keramat seperti Ceblokan, Pengalas. Kemudian sudut lintasan mulai membesar ketika melewati Tanjakan Bin - Bin dan semakin menanjak lagi ketika melewati Tanjakan Seruni.

Lintasan ini adalah yang terberat dan melelahkan dibanding yang lainnya. Bahkan pendaki akan menemui jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat, dan memaksanya berpegangan akar pepohonan untuk mencapai pos selanjutnya. Selepas Tanjakan Bapatere lintasan tetap menanjak nyaris tanpa bonus sampai di Batu Lingga. Waktu yang diperlukan adalah 60 - 90 menit.  

Batu Lingga

  merupakan pos peristirahatan yang berupa tanah datar dan terdapat sebuah batu berukuran besar. Setelah kawasan ini, lintasan tetap menanjak. Di tengah perjalanan pendaki akan menemui dua pos peristirahatan berupa tanah datar yakni Kiara Baton dan Sangga Buana. Selepas itu pendaki akan memasuki batas vegetasi antara hutan dengan daerah terbuka.



Untuk sampai di Pangasinan membutuhkan waktu selama 2 - 2,5 jam. Pangasinan merupakan pos terakhir. Dari daerah yang cukup terbuka ini pendaki dapat menyaksikan bibir puncak yang cukup gagah berdiri di depan mata. Diperlukan waktu 45 - 60 menit dengan melewati bebatuan cadas dan medan yang tetap menanjak, bahkan harus setengah merayap, untuk sampai di puncak. Kami bisa memandang melihat kota Cirebon dan laut Jawa, kapal - kapal besar nampak dikejauhan.

Kearah Timur kami melihat ke Jawa Tengah, tampak gunung Slamet di Purwokerto dengan puncaknya yang tertutup awan. Puncak gunung Ciremei memiliki kawah yang sangat curam dan sangat indah, pendaki yang nekad sering turun ke kawah untuk membuat tulisan di atas lumpur kawah. Pejiarah sering datang untuk berdoa dipuncak gunung ini.

Siang itu kabut mulai turun disertai gerimis, kami masih sempat mengambil foto di puncak. Banyak sekali pendaki yang hanya berkemah di pertengahan pos dan tidak sanggup meneruskan perjalanan ke puncak, karena medan yang berat dan susahnya air, dan kembali turun, untuk itu persiapkan bekal yang berlebih dan bawalah tenda. Karena kemungkinan besar perjalanan akan tertunda, sehingga harus bermalam.

JALUR PALUTUNGAN.

Palutungan merupakan sebuah kampung terakhir yang berada di lereng selatan Ciremai dan berada pada ketinggian 1100 mdpl. Dusun kecil ini masuk dalam pangkuan Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Dari Cirebon pendaki dapat menggunakan angkutan umum jenis colt elf jurusan Cikijing dan turun di pertigaan Cigugur.

Perjalanan ini membutuhkan waktu selama 1 jam. Sepanjang perjalanan menuju Cigugur, pendaki akan melewati Kota Kuningan yang berada di ketinggian 466 mdpl. Setiba di pertigaan Cigugur, perjalanan dilanjutkan menuju Cisantana dengan menggunakan oplet tua. Perjalanan melalui jalanan yang menanjak dan berbatu ditempuh selama 1 jam, dengan melewati perkebunan penduduk yang sangat indah. Setiba di Cisantana, perjalanan dilanjutkan kembali dengan naik colt terbuka pengangkut sayur menuju Palutungan yang memakan waktu 20 menit. Setelah mengurus perizinan pendakian, perjalanan dapat dimulai melalui perkebunan penduduk.

Setelah itu, belok ke kanan memasuki hutan hujan tropis dengan jalur cenderung landai. Sesekali pendaki harus menyusup melalui semak - semak tinggi. Untuk sampai di Cigowong membutuhkan waktu 90-120 menit. Pos I Cigowong terletak di ketinggian 1450 mdpl. Di sini terdapat sumber air yang mengalir membentuk sebuah sungai. Dari sini pendaki dapat menyiapkan persediaan air sebanyak mungkin karena tidak akan ditemui lagi sumber air hingga puncak.

Selepas Cigowong lintasan masih landai selama 90 - 120 menit, sampai di Paguyangan Badak. Paguyangan Badak merupakan area yang berada di ketinggian 1800 mdpl. Daerah yang terdapat puing-puing bangunan tua ini sering digunakan sebagai tempat bermalam survivor yang dievakuasi karena meninggal di gunung ini. Untuk sampai di Blok Arban membutuhkan waktu 30 menit, dengan lintasan yang mulai menanjak.

Blok Arban merupakan pos III dengan area yang cukup datar dan teduh. Lintasan mulai menanjak dan melelahkan selama 90-120 menit sampai di Tanjakan Asoy. Tanjakan Asoy merupakan pos IV. Tanjakan ini berupa tanah datar berukuran cukup luas. Selepas daerah ini lintasan semakin menanjak selama 60 menit sampai di pos berikutnya. Selepas pos V ( pasangrahan ) pendaki mulai memasuki Vegetasi Cantigi dan Edelweiss sampai di Sang Hyang Ropoh.

Lintasan ini sangat licin jika hujan turun dan diperlukan waktu 30 menit untuk sampai pada pos berikutnya. Pos VI ( Sang Hyang Ropoh ) terletak di daerah yang datar dan terbuka. Selepas pos ini lintasan tetap menanjak dan licin, dengan tanah berwama kuning bekas aliran lava belerang. Pada sisi kanan lintasan terdapat goa yang biasa digunakan sebagai tempat berlindung ataupun bermalam.

Di tengah perjalanan ini, tepatnya pada sisi kiri, lintasan akan menyatu dengan jalur barat dari Majalengka. Untuk sampai di puncak Ciremai diperlukan waktu 2 jam pendakian. Sesampai di puncak pendaki dapat menikmati megahnya dua kawah kembar yang berdampingan. Untuk mengitari kawah ini diperlukan waktu kira-kira 3 jam. Selain itu, pendaki juga dapat menyaksikan indahnya daerah Majalengka, Cirebon, Laut Jawa, serta Gunung Slamet yang menjulang gagah di sisi timur. Sungguh Menawan!

Misteri Gunung Ciremei.

Tempat - tempat yang kebetulan menjadi pos tetapi mempunyai nuansa mistik teramat kuat. Uniknya, tiap - tiap nama pos mempunyai latar belakang tersendiri serta berbeda antar satu dengan lainnya. Di antaranya adalah blok kuburan kuda. Di areal ini konon terdapat kuburan kuda milik tentara jepang. Kuda tersebut , biasa dipergunakan oleh para kempetai untuk mengontrol para pekerja rodi yang menanam kopi. Dan kuburan yang terletak di sebelah barat jalur pendakian, sampai sekarang masih ada dan dikeramatkan oleh penduduk setempat.

Blok bapa tere lain lagi. Konon, dahulu di sini pernah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak yang dilakukan oleh ayah tirinya . Bermula, sang anak diajak oleh ayah tirinya untuk mendaki gunung Ceremai. Setibanya di tempai ini , sang ayah langsung menikam anaknya hingga tewas. Sedangkan blok batu lingga merupakan tempat yang sangat disakralkan oleh penduduk setempat. Untuk itu, guna menghindari hal hal yang tak diinginkan maka para pendaki pun dilarang untuk menduduki sebuah batu besar atau berbuat yang tak senonoh di tempat ini. Konon, batu ini pernah dijadikan tempat berkotbah wali songo kepada para pengikutnya.

Di dekat batu lingga terdapat sebuah in memoriam pendaki. Menurut kisah pendaki itu tewas karena sesuatu yang aneh di batulingga. Tepatnya, pada tahun 1999 dan dari ketiga pendaki, hanya seorang yang selamat. Sedangkan dua lainnya tewas dengan mengeluarkan lendir dari mulutnya.

Menurut kepercayaan, blok batu lingga ini di jaga oleh dua makluk halus bernama aki dan nini serentet buntet. Blok sangga buana, yang arti harfiahnya adalah penyangga bumi. Areal ini berfungsi untuk menahan aliran lahar bila gunung ceremai meletus. Maksudnya agar lahar tidak mengarah ke linggarjati, tetapi ketempat lain. Dan akhirnya adalah blok pengsungan atau pengasinan tempatnya amat terbuka.

Disini terdapat ladang yang tak pernah layu , edelweiss. Dari tempat ini kita dapat memandang lepas keindahan kota Cirebon serta pemandangan laut Jawa. Bukan hanya itu, disini juga kita bisa puas memandang keindahan matahari terbit .

Jarang orang mengetahui jika tempati ini sejajar dengan puncak gunung Slamet yang ada di jawa tengah. Menurut sejarah, pada masa pendudukan Jepang, pengasinan merupakan tempat pembuangan tawanan perang. Mungkin karena itu pada malam malam tertentu, sering terdengar suara jeritan atau derap langkah kaki para serdadu jepang. Sudah barang tentu, suara itu datang dari alam halus.

Mount Slamet

Gunung Slamet 3.432 mdpl adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan gunung tertinggi kedua dipulau Jawa setelah Semeru. Dan ada tiga jalur resmi pendakian menuju puncak Slamet. Yakni jalur Bambangan, Baturaden dan Kaliwadas. Dari ketiga jalur tersebut yang terdekat adalah lewat Bambangan, selain pemandangannya indah juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak Slamet. Ini juga yang sering Belantara Indonesia lalui dan kenal baik dengan pemilik base camp Bambangan, Pak Muhaeri. Istri Pak Muhaeri, yakni Ibu Muhaeri ( Ya iyalah, bukan ibu kita kartini..), juga menjual aneka makanan pengganjal perut dengan harga tak mahal bagi calon pendaki Slamet.

Berikut ini tentang 3 jalur resmi menuju puncak Slamet.

JALUR BAMBANGAN

Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur yang paling sering didaki. Rute Bambangan merupakan rute terpendek dibandingkan rute Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung Slamet.

Di dusun yang berketinggian 1279 mdpl ini para pendaki dapat memeriksa kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian.

Pertama - tama menuju pos Payung dengan keadaan medan terjal dengan arah belok kanan. Pendaki akan melewati ladang penduduk selama 1 jam. Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan masih berada di tengah - tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat licin dan terjal di tengah - tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama kurang lebih 2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang sangat lebat dan indah, selama kira - kira 2 jam menuju Pondok Cemara.

Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju pos Samaranthu. Selama kira - kira 2 jam dengan jalur yang tetap menanjak dan hutan yang lebat.

Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira - kira 15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil. Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput.

Pendaki akan melewati Sanghyang Rangkah yang merupakan semak - semak yang asri dengan Edelweis di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah Arbei di tengah - tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan. Pendaki juga akan melewati Sanghyang Jampang yang sangat indah untuk melihat terbitnya matahari. Kira - kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Pelawangan.

Pelawangan ( lawang atau pintu ) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur. Selepas Pelawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun yang dapat digunakan sebagai pegangan.

Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Pelawangan sampai di puncak dibutuhkan waktu 30 - 60 menit. Dari sini pendaki dapat melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan Caldera yang sangat luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. ( lautan pasir ).



JALUR KALIWADAS

Kaliwadas merupakan sebuah dusun yang berketinggian 1850 mdpl dan masuk wilayah Desa Dawehan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, atau tepatnya berada pada barat daya lereng Gunung Slamet. Untuk menuju Kaliwadas dapat ditempuh dari kota Bumiayu menuju Pangasinan dengan menggunakan angkutan Pedesaan  yang memakan waktu 2 jam. Setiba di Pasar Pangasinan, perjalanan dilanjutkan menuju Kaliwadas dengan menggunakan Jeep atau menggunakan angkutan umum jenis kendaraan terbuka yang beroperasi hingga pukul 18.00 wib.

Pendaki dapat menyiapkan segala perbekalan dan perizinan dari Kaliwadas ini. Kira -kira 300 m selepas jalan desa, pendaki diarahkan menuju jalan setapak. Satu jam kemudian pendaki akan melewati Tuk Suci yang oleh penduduk setempat diartikan sebagai mata air suci. Di Tuk Suci ini terdapat aliran air yang dibendung, yang berfungsi sebagai pengairan desa di bawahnya. Selepas Tuk Suci, medan mulai menanjak menembus lorong - lorong tumbuhan bambu yang berukuran kecil. Penduduk sekitar menyebutnya Pringgodani. Satu jam kemudian pendaki akan tiba di pondok Growong.

Pondok Growong merupakan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda. Di sekitar area ini banyak ditemukan pohon besar yang di bawahnya terdapat lubang berukuran cukup besar. Selepas pondok Growong lintasan relatif datar sampai pada sebuah jembatan kecil yang bemama taman Wlingi, yang berada di ketinggian 1953 mdpl. Di daerah ini terdapat persimpangan, lintasan yang lurus dan lebar menuju ke Sumur Penganten. Berjarak 500 meter dari area terdapat sumber air, yang juga merupakan sebuah tempat keramat di mana banyak peziarah yang datang untuk meminta berkah.

Jalur ke kiri merupakan lintasan yang menuju ke puncak. Keadaan lintasan semakin menanjak. Di sepanjang lintasan mulai banyak dijumpai pohon tumbang dan pohon penyengat. Lintasan kadang tertutup oleh semak belukar sehingga pendaki harus waspada agar tidak tersesat. Lintasan mulai kembali melebar ketika pendaki melewati persimpangan Igir Manis yang berada di ketinggian 2600 mdpl. Di sekitar area ini akan didapati tetumbuhan Edelweis dan tumbuhan Arbei. Setelah itu pendaki akan sampai di Igir Tjowek yang berada di ketinggian 2750 mdpl. Daerah ini masuk kawasan Gunung Malang. Di sini terjadi pertemuan jalur ini dengan jalur Baturaden. Beberapa meter kemudian barulah pendaki tiba di Pelawangan.

Pelawangan merupakan sebuah tanah yang cukup datar di daerah terbuka, sekaligus merupakan batas vegetasi. Untuk menuju puncak dibutuhkan waktu kira - kira 2 jam. Pendaki dapat berangkat pagi agar dapat menikmati keadaan puncak dan sekitarnya dalam keadaan cuaca cerah. Selepas Pelawangan lintasan semakin tajam hingga mencapai sudut pendakian 60 derajat. Selanjutnya keadaan lintasan semakin parah dengan medan bebatuan vulkanik yang mudah longsor. Bau belerang terasa menyengat dari kawah ketika pendaki tiba di puncak bayangan. Setiba di daerah ini, pendaki tinggal melipir pada gigir kawah menuju arah timur.

Setelah melewati Tugu Surono yang berupa tumpukan batu, pendaki akan sampai di puncak tertinggi Gunung Slamet yang ditandai dengan patok triangulasi dan tower. Dulu tempat ini juga digunakan sebagai pemantauan aktivitas gunung api ini. Di puncak tertinggi kedua se - Jawa ini pendaki dapat menyaksikan pemandangan pada arah timur. Tampak beberapa puncak seperti Gunung Sumbing, Sindoro, Merbabu, Merapi, dan puncak Ciremai di arah barat. Semuanya berdiri kokoh sekan - akan menjadi pasak bumi Pulau Jawa.


JALUR BATU RADEN

Dari kota Purwokerto menuju tempat wisata Batu Raden menempuh jarak 15 km arah utara dan dapat ditempuh selama 30 menit dengan menggunakan angkutan umum. Batu Raden yang merupakan daerah wisata yang terkenal dengan Pancuran Telu dan Pitu ini berada di ketinggian 760 mdpl. Pancuran tersebut merupakan aliran mata air panas yang mengandung belerang. Jalur ini merupakan jalur tersulit dan jarang dilalui pendaki.

Selepas pal Taman Wisata Batu Raden, lintasan berbelok ke kanan dan menurun. Dalam perjalanan menuju pos 1 banyak ditemui cabang lintasan, yang merupakan jalan tikus yang banyak dibuat oleh penduduk setempat. Di tengah perjalanan pendaki akan melewati sebuah sungai. Setelah itu lintasan kembali datar dengan sajian jurang  pada sisi kanan lintasan. Untuk sampai di pos 1 dibutuhkan waktu selama 3 jam.

Selepas pos 1 lintasan mulai menanjak dengan sajian hutan yang rimbun dan asri, selama 2 jam. Untuk sampai di pos 3 dibutuhkan waktu selama 3 jam dengan lintasan yang tidak begitu menanjak. Vegetasi di pos 3 masih dalam kungkungan hutan hujan Tropis. Selepas itu pendaki akan melipir pada sebuah punggungan tipis yang berada di ketinggian 1664 mdpl. Daerah tersebut bemama Igir Leiangar. Selepas pos 4, tepatnya di puncak Gunung Malang, akan ditemui persimpangan dengan jalur Kaliwadas. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju ke Pelawangan, lalu berbelok ke kanan menuju puncak Slamet.



Pastikan peralatan dan perbekalan makanan cukup jika sahabat alam ingin menuju puncak Gunung Slamet, karena sepanjang jalur bahkan sampai di base camp Bambangan akan sulit mendapatkan air untuk minum dan juga seringnya hujan turun dan tentunya di selingi badai, berarti suhu akan berubah dingin, pastinya perjalanan akan terasa lama jika itu terjadi, karena Slamet adalah gunung tinggi. Persiapkan sejak awal sebelum menuju Slamet.