Tuesday, April 24, 2012

Mount Semeru


Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa,
dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di
puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.

Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas,
hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang
dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.

Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan
ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah
ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah
Pasirian, Candiputro dan Lumajang.

*Perjalanan*

Diperlukan waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru
pulang-pergi. Untuk mendaki gunung semeru dapat ditempuh lewat kota Malang
atau Lumajang. Dari terminal kota malang kita naik angkutan umum menuju desa
Tumpang. Disambung lagi dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di
belakang pasar terminal Tumpang dengan biaya per orang Rp.13.000,- hingga
Pos Ranu Pani.


Sebelumnya kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat ijin, dengan
perincian, biaya surat ijin Rp.6.000,- untuk maksimal 10 orang, Karcis masuk
taman Rp.2.000,- per orang, Asuransi per orang Rp.2.000,-

Dengan menggunakan Truk sayuran atau Jip perjalanan dimulai dari Tumpang
menuju Ranu Pani, desa terakhir di kaki semeru. Di sini terdapat Pos
pemeriksaan, terdapat juga warung dan pondok penginapan. Pendaki juga dapat
bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau
yakni danau Ranu Pani (1 ha) dan danau Ranu Regulo (0,75 ha). Terletak pada
ketinggian 2.200 mdpl.

Setelah sampai di gapura "selamat datang", 

perhatikan terus ke kiri ke arah
bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain
jalur yang biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa
dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam.

Jalur awal landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan
alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda
ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak terdapat pohon tumbang, dan
ranting-ranting diatas kepala.

Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi
Edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng. Disini terdapat batu terjal yang
sangat indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang
ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap
dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo masih harus menempuh jarak
sekitar 4,5 Km.

Di Ranu Kumbolo dapat mendirikan tenda. Terdapat danau dengan air yang
bersih dan memiliki pemandangan indah terutama di pagi hari dapat
menyaksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang
burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas
14 ha.


Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan
Ranu Kumbolo kemudian mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat
indah dibelakang ke arah danau. Di depan bukit terbentang padang rumput yang
luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung
dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang
ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak
Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel.

Selanjutnya memasuki hutan Cemara dimana kadang dijumpai burung dan kijang.
Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.

Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m,

 disini dapat mendirikan tenda
untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara,
sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun.

Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran
hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati dan di
Arcopodo banyak terdapat tikus gunung.

Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter,
kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput
Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang
sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita
berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering
longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu
beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, Arcopodo adalah wilayah
vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir.

Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit
pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Semua barang bawaan sebaiknya
tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan
pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo.


Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun
dari Kawah Jonggring Saloka.

Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli,
Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan karena
sering terjadi badai dan tanah longsor.

*Gas beracun

*Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) 

pendaki disarankan untuk tidak
menuju kawah Jonggring Saloko,

 juga dilarang mendaki dari sisi sebelah
selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru
berkisar 4 - 10 derajad Celcius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajad
Celcius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama
pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember
- Januari sering ada badai.

Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru
yang masih aktif. Pada bulan Nopember 1997 Gn.Semeru meletus sebanyak 2990
kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang
hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak.

Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800
meter. Materi yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil,
bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu
dekat. Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng selatan
Gn.Semerudan meminta beberapa korban jiwa, pemandangan sungai panas
yang berkelok-
kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik.*

Iklim

*Secara umum iklim di wilayah gunung Semeru termasuk type iklim B (Schmidt
dan Ferguson) dengan curah hujan 927 mm - 5.498 mm per tahun dengan jumlah
hari hujan 136 hari/tahun dan musim hujan jatuh pada bulan November - April.
Suhu udara dipuncak Semeru berkisar antara 0 - 4 derajat celcius.

Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan
pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa
daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim
hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute
perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung
oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin
dingin.


*Taman nasional*

Gunung ini masuk dalam kawasan Taman nasional Bromo Tengger Semeru. Taman
Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar.
Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo (
2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m)
Gn.Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu
Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu Darungan.

Flora yang berada di Wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi
banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju.
Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang,
tembelekan, harendong dan Edelwiss putih, Edelwiss yang banyak terdapat di
lereng-lereng menuju Puncak Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis
anggrek endernik yang hidup di sekitar Semeru Selatan.

Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antara lain : Macan Kumbang,
Budeng, Luwak, Kijang, Kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat
Belibis yang masih hidup liar.

*Pendaki pertama*

Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli
geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren,
selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari
utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun
1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian
dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti
sekarang ini.

*Legenda gunung Semeru*

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu
Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, Pulau Jawa pada suatu saat
mengambang di lautan luas, dipermainkan ombak kesana-kemari. Para Dewa
memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di
India ke atas Pulau Jawa.

Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu
dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang
membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu
dapat diangkut dengan aman.

Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang
mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu
mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka
memindahkannya ke bagian timur pulau tetapi masih tetap miring, sehingga
Mereka memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya
di bagian barat laut.

Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama
Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam
Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang
Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau
tersebut dinamakan Jawa.

Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang
agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung
Meru dianggap sebagai rumah para dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung
diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Kalau manusia ingin mendengar suara
dewa mereka harus semedi di puncak Gunung Meru. Banyak masyarakat Jawa dan
Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman
Dewa-Dewa atau mahluk halus. Selanjutnya daerah bergunung-gunung masih
dipakai oleh manusia Jawa sebagai tempat semedi untuk mendengar suara gaib.

Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di
Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para
dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara
tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang
menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu
orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.

Orang naik sampai puncak Mahameru ada yang bertujuan untuk mendengar
suara-suara gaib. Selain itu juga ada yang memohon agar diberi umur yang
panjang. Bagaimanapun alasan orang naik ke puncak Mahameru, kebanyakan orang
ditakutkan oleh macam-macam hantu yang mendiami daerah keliling gunungnya.
Hantu-hantu tersebut biasanya adalah roh leluhur yang mendiami tempat
seperti hutan, bukit, pohon serta danau.

Roh leluhur biasanya bertujuan menjaga macam-macam tempat dan harus
dihormati. Para pendaki yang menginap di danau Ranu Kumbolo sering melihat
hantu Ranu Kumbolo. Tengah malam ada cahaya berwarna orange di tengah
danaunya dan tiba-tiba berubah wujud menjadi sesosok hantu wanita. Biasanya
hanya orang yang punya kekuatan mistis dia akan melihat hantu dan dapat
bicara dengan hantu. Terserah orang percaya pada hantu atau tidak tetapi
banyak orang Jawa yang percaya bahwa daerah Bromo, Tengger, Semeru banyak
didiami oleh hantu-hantu.

 topografi

No comments:

Post a Comment